Pribadi adalah hadiah yang terbungkus, Yang dikirimkan Tuhan kepadaku.
Ada yang terbungkus indah;
Mereka sangat mempesona, bahkan sewaktu aku pertama kali melihatnya.
Ada yang terbungkus dengan kertas biasa, Yang lain sudah rusak dalam pengiriman, Kadang-kadang ada kiriman istimewa.
Beberapa hadiah sampai kepadaku dengan bungkus longgar, Yang lain datang
dalam keadaan terbungkus rapat. Tetapi bungkus bukanlah hadiah.
Dan betapa sering kita terkecoh. Dan lucu bila anak kecil yang keliru.
Kadang-kadang hadiah itu sangat mudah dibuka, kadang-kadang kubutuhkan orang lain untuk membukanya.
Apakah karena mereka takut terluka ?
Mungkinkah mereka pernah dibuka dan dibuang ?
Atau mungkin hadiah itu bukan untukku ?
Aku adalah pribadi, Maka aku juga merupakan hadiah.
Pertama, hadiah untuk diriku sendiri.
Pernahkah aku sungguh melihat isi bungkusan itu ?
Atau takutkah aku melihatnya ?
Mungkin aku belum pernah menyadari bahwa diriku adalah hadiah yang begitu indah.
Mungkinkah ada sesuatu yang lain yang ada dalam bungkusan itu, Yang tidak pernah kusangka ?
Bisa jadi aku belum pernah tahu, Bahwa diriku adalah hadiah ajaib.
Dapatkah pemberian Tuhan itu tidak indah ?
Kalau aku mencintai hadiah dari mereka yang aku cintai, Mengapa aku
tidak mencintai hadiah dari Tuhan, yang begitu mencintai aku?
“Setiap pribadi adalah hadiah buatku saat ini pribadi yang ada di
hadapanku pun adalah hadiah buatku yang aku sendiri belum tahu banyak
tentang hadiah itu
mungkin karena aku belum membuka seluruh hadiah itu walaupun ia
terbungkus longgar, sehingga seharusnya banyak orang yang bisa
membukanya.
tetapi
ternyata tidak semua orang bisa membukanya .dan aku bersyukur bahwa aku
boleh membukanya barang sedikit sehingga aku tahu apa yang ada di
dalamnya
sesuatu yang memberikan satu realita bagi diriku akan satu pribadi
dengan segala apa yang dimilikinya pribadi yang mungkin tidak seperti
bayanganku sebelumnya, tapi pribadi itu mulai membuatku makin mengerti
dan memahami bagaimana aku harus menerima pribadi-pribadi lain apa
adanya bukan seperti yang aku inginkan dan harapkan tapi pribadi yang
ada seperti adanya mereka
Kalau aku mencintai hadiah dari mereka yang aku cintai,
Mengapa aku tidak mencintai hadiah dari Tuhan, yang begitu mencintai aku?
Ada yang terbungkus indah;
Mereka sangat mempesona, bahkan sewaktu aku pertama kali melihatnya.
Ada yang terbungkus dengan kertas biasa, Yang lain sudah rusak dalam pengiriman, Kadang-kadang ada kiriman istimewa.
Beberapa hadiah sampai kepadaku dengan bungkus longgar, Yang lain datang dalam keadaan terbungkus rapat. Tetapi bungkus bukanlah hadiah.
Dan betapa sering kita terkecoh. Dan lucu bila anak kecil yang keliru.
Kadang-kadang hadiah itu sangat mudah dibuka, kadang-kadang kubutuhkan orang lain untuk membukanya.
Apakah karena mereka takut terluka ?
Mungkinkah mereka pernah dibuka dan dibuang ?
Atau mungkin hadiah itu bukan untukku ?
Aku adalah pribadi, Maka aku juga merupakan hadiah.
Pertama, hadiah untuk diriku sendiri.
Pernahkah aku sungguh melihat isi bungkusan itu ?
Atau takutkah aku melihatnya ?
Mungkin aku belum pernah menyadari bahwa diriku adalah hadiah yang begitu indah.
Mungkinkah ada sesuatu yang lain yang ada dalam bungkusan itu, Yang tidak pernah kusangka ?
Bisa jadi aku belum pernah tahu, Bahwa diriku adalah hadiah ajaib.
Dapatkah pemberian Tuhan itu tidak indah ?
Kalau aku mencintai hadiah dari mereka yang aku cintai, Mengapa aku tidak mencintai hadiah dari Tuhan, yang begitu mencintai aku?
“Setiap pribadi adalah hadiah buatku saat ini pribadi yang ada di hadapanku pun adalah hadiah buatku yang aku sendiri belum tahu banyak tentang hadiah itu
mungkin karena aku belum membuka seluruh hadiah itu walaupun ia terbungkus longgar, sehingga seharusnya banyak orang yang bisa membukanya.
tetapi
ternyata tidak semua orang bisa membukanya .dan aku bersyukur bahwa aku boleh membukanya barang sedikit sehingga aku tahu apa yang ada di dalamnya
sesuatu yang memberikan satu realita bagi diriku akan satu pribadi dengan segala apa yang dimilikinya pribadi yang mungkin tidak seperti bayanganku sebelumnya, tapi pribadi itu mulai membuatku makin mengerti dan memahami bagaimana aku harus menerima pribadi-pribadi lain apa adanya bukan seperti yang aku inginkan dan harapkan tapi pribadi yang ada seperti adanya mereka
Kalau aku mencintai hadiah dari mereka yang aku cintai,
Mengapa aku tidak mencintai hadiah dari Tuhan, yang begitu mencintai aku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar