Saya menemukan perangkap ini yang mana umat Buddha sering 
terperosok ke dalamnya sebagai akibat tidak melihat segalanya dengan 
cukup selaras dengan semangat Jalan Tengah. Terutama dalam hal ini, saya
 merujuk kepada kebenaran mengenai kesementaraan (impernance). Ada 
kecenderungan dari kita untuk memvisualisasi kebenaran ini sebagai 
kematian dan keluruhan saja. Kita condong menyatakan kebenarna ini hanya
 dalam aspek negatifnya. Kita lupa akan sisi satunya lagi dari keping 
yang sama! Hujan akan datang setelah cerah mentari, namun cahaya surya 
juga muncul setelah hujan! Kesementaraan artinya “perubahan 
terus-menerus” dari semua fenomena. Kebenaran netral saja. Kebenaran ini
 adalah apa yang membuat transformasi situasi yang buruk menjadi lebih 
baik (dan sebaliknya) menjadi mungkin. Kesementaraan karenanya 
menawarkan harapan!  Sebagian karena kebenarna ini kita bisa 
bertransformasi menjadi Buddha! Tidak ada orang yang dikutuk untuk 
menjadi belum cerah selama-lamanya.
Segalanya muncul dan berlalu.
Saat memahami hal ini,
engkau menjauh dari kesusahan hati.
Dhammapada (Buddha)
“Segalanya”
 di atas merujuk kepada segala sesuatu dan situasi baik buruk ataupun 
baik. Ketika berada dalam derita, ketahui bahwa “Ini juga, akan pergi.” 
Ringan sajalah dan berharaplah secara realistis akan perubahan ke arah 
yang lebih baik. Tatakala dalam gembira (dunia), ketahui bahwa “Ini pun,
 akan berlalu.” Muliakan itu, namun jangan merekat. Lampaui jika kalian 
mampu, ke dalam kebahagiaan yang tak terkondisi. Memahami kesementaraan 
bukan untuk membuat kita terbebas dari kesedihan melalui (glum freezing 
up of our hearts). Ia membuat kita lebih jujur dan lebih hidup terhadap 
semua aliran segala hal besar dan kecil!
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar