Cara Buddhisme Memandang Agama Lain
Agama
bukanlah sekedar sistem kepercayaan yang berpusat pada Tuhan
sang pencipta. itu adalah definisi terbats dari agama, dan tidak
semua pemuka agama akan mendefinisikan dengan cara yang sama.
Tetapi, itu adalah sistem kepercayaan yang bertujuan untuk
menolong orang dalam kehiduan ini dan yang akan datang, dan
untuk memajukan kemanusiaan. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa
Buddhisme adalah agama karenat idak setiap orang mempunyai
kecenderungan dan minat yang sama. Sang Buddha mengajarkan
berbagai macam cara untuk orang-orang yang berbeda. Demikian pula
mengapa Yang Mulia Dalai lama mengatakan bahwa sangat baik dengan
adanya berbagai macam agama di dunia. Seperti halnya satu jenis
makanan tidak akan menarik bagi semua orang, satu agama atau
kepercayaan tidak akan memuaskan kebutuhan setiap orang, Oleh
karena itu, sangatlah baik terdapat berbagai macam agama di
dunia. Beliau menerimanya dengan senang hati.
Akhir-akhir
ini, banyak terjadi dialog dan interaksi antara umat Buddha
dengan pemeluk agama lainnya. Mereka saling menghargai. Dalai lama
sering bertemu dengan Paus. Pada suatu pertemuan yang dilaksanakan di
Assisi, Italia dimana Sri Paus mengundang semua
pemimpin-pemimpin agama di dunia. Sekitar 150 wakil agama hadir.
Dalai lama duduk dekat Sri Paus dan diberi kehormatan untuk
memberikan pidato yang pertama. Pemimpin-pemimpin agama yang
lain juga menunjukkan penghargaan yang tertinggi terhadap
Buddhisme. Pada konferensi itu, mereka mendiskusikan topik yang
umum pada setiap agama, seperti moralitas, cinta dan kasih
sayang. Orang-orang yang sangat bersemangat dengan kerjasama,
keserasian dan penghargaan yang setara yang dirasakan oleh para pemimpin
agama yang berlainan.
Tentu saja, jika kita
mendiskusikan metafisik dan teologi, akan terdapat
perbedaan-perbedaan. Tidak ada jalan untuk menyatyukan
perbedaan-perbedaan itu. Tetapi hal itu tidak berarti kita harus bedebat
dengan sikap seolah-olah "Ayahku lebiuh kuat daripada Ayahmu,"
itu adalah sifat kekanak-kanakan. Adalah lebih baik untuk
melihat segala sesuatunya dengan sewajarnya. Semua agama di
dunia adalah untuk mencari kemajuan perdamaian dunia dan untuk
membuat hidup menjadi lebih baik dengan jalan mengajarkan kepada
orang-orang untuk mengikuti tingkah laku yang etis. Dengan cara
ini, orang-orang tidak menjadi terperangkap pada sisi material
dari kehidupan, dan hidup mereka dapat diseimbangkan antara
kemajuan material dan spritual.
Adalah baik jika semua
agama bekerja sama untuk memajukan situasi dunia. Kita
membutuhkan tidak hanya kemajuan material, tetapi juga kemajuan
spirituil. Jika kita hanya menekankan aspoek material dari kehidupan,
maka berarti membuat "bom" untuk membunuh setiap orang yang
merupakan hasil anggapan terbaik. Tetapi jika berpikir dengan cara
humanistik atau spiritual, maka kita akan waspada terhadap rasa
takut dan problem-problem lain yang muncul sebagai akibatnya,
dan kita mencari keseimbangan antara keduannya. Jika kita hanya
berkembang secara spritual dan tidak memperdulikan sisa
material, maka manusia akan lapar, dan hal itu juga tidak akan
baik. Kita mnembutuhkan keseimbangan.
Sekarang terdapat
banyak interaksi antara agama-agama di dunia dan banyak hal yang
dapat digotong-royongkan. Sebagai contoh banyak terdapat
interaski antara umat Buddha dna Kristen. Umat Kristen Katolik dan
sebagainya belajar teknik-teknik konsentrasi dan meditasi dari
Buddhisme. Banyak pendeta-pendeta Kristen, pastur-pastur, rahib, dan
suster datang ke Dharmasala, India, untuk belajar teknik-teknik
konsentrasi dan meditasi dan bagaimana mengembangkan cintam
dengan tujuan untuk membawanya ke tradisi agama mereka. Beberapa
umat Buddha telah mengajar di seminari-seminari (sekolah
tinggi) katolik.
Dalam agama kristen, dikatakan bahwa kita
harus mencintai setiap orang, tetapi tidak dikatakan bagaimana
melakukannya, Buddhisme sanat kaya akan teknik-teknik
mengembangkan cinta kasih. Agama kristen dalam tingkatannya yang
palinbg tinggi adalah terbuka untuk mempelajari tekbik-teknik
ini dari agama Buddha. Hal ini tidak berarti bahwa mereka semua
akan menjadi Buddhis, karena tak seorangpun yang dapat menmgubah
orang lain. Teknik-teknik ini dapat diadaptasikan dalam agama mereka
sendiri untuk membantu mereka menjadi umat kristiani yang lebih
baik.
Demikian juga, umat Buddhis tertarik dalam beberapa
hal dari kekristenan terutama yang berhubungan dengan pelayanan
sosial. Beberapa tradisi Kristiani menekankan pada pastur dan
susternya untuk terlibat dalam pengajaran, dalam pekerjaan dari
rumah-rumah sakit, merawat orang-orang jompo, dan lain-lain.
Walaupun beberapa dari layanan masyarakat ini telah berkembang
di beberapa negara Buddhis, namun hal ini belumlah berkembang di
semua negara Buddhis karena alasan-alasan sosial dan geografis.
Ini adalah sesuatu yang dapat dipelajari oleh umat Buddha dari
orang-orang Kristiani. Dalai Lama sangat terbuka dalam hal ini.
Bukan berarti bahwa umat Buddha akan menjadi Kristiani. Tetapi ada
aspek-aspek tertentu dari pengalaman Kristiani yang dapat dipelajari
umat Buddha. Dan ada hal-hal lain dari pengalaman umat Buddha
yang dapat dipelahari oleh umat kristiani juga. Dengan cara ini,
ada forum terbuka diantara semua agama di dunia, yang didasari
oleh penghargaan yagn tinggi terhadap satu dengan lainnya.
Sering
kali interaski antara agama adalah para tingkat yang tertinggi,
dimana orang-orangnya terbuka dan tidak mempunyai prasangka. Adalah
pada tingkat yang lebih rendah dimana orang-orangnya merasa
tidak aman dan mengembangkan mental yang rendah. Contohnya pada
suatu Tim sepakbolaku dan berusaha mengalahkan/menyingkirkan tim
lainnya. Maka terjadilah pertarungan antar tim. Hal ini sangat
menyedihkan jika terjadi dalam lingkungan keagamaan, baik itu
terjadi antar agama atau antar tradisi-tradisi (aliran) Buddhis
yang berbeda.
Sang Buddha mengajarkan metode-metode yang
bermacam-macam dan semuanya bekerja serasi untuk menarik
orang-orang dari tipe yang berbeda-beda. Oleh karena itu, adalah
sangat penting untuk tidak mempunyai sekte, baik terhadap agama
lain maupun dalam Buddhisme itu sendiri. Jika kita melihat pada
pemimpin-pemimpin besar, pada level yang tertinggi, kita
melihat bahwa mereka tidak mempunyai sikap kompetitif atau prasangka
buruk terhadap lainnya. Sikap yang demikian ini hendaknya dimiliki
oleh semua umat Buddha dari seluruh lapisan. Sadhu... Sadhu.....
Sadhu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar