Rabu, 19 Oktober 2011

REPOST : Malaikat Maut

MALAIKAT MAUT

Kita ini begitu kritis. Kita sering sekali menghakimi… yaa, biksu jahat, kaum gay jahat, heteroseksual jahat, ini jahat, itu jahat, semuanya jahat. Anda tahu mengapa kita berpikir seperti itu? Karena kita berpikir bahwa kita jahat. Itulah alasannya.

Jadi ketika kita tidak menghakimi diri sendiri, kita tidak menghakimi orang lain. Itulah sebabnya tertulis dlm Alkitab, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Jika kita menghakimi orang lain, itu bukan berarti Tuhan menghakimi kita. Saya telah memahami hal ini sejak lama bahkan sebelum saya menjadi Buddhis: jangan menghakimi, jika tidak mau dihakimi. Jika kita menghakimi orang lain, kita menghakimi diri sendiri dan kita akan dihakimi diri kita sendiri. Jadi, berhentilah menghakimi diri sendiri.

Ada kisah kecil yg diceritakan seorang biksu Jerman kepada saya. Ia mendapatkannya dari sebuah buku jerman yg belum diterbitkan ke bahasa Inggris, mengenai kisah anak anak yg mengingat pengalaman tubuh astral atau keluar dari tubuh. Salah satu kisah menariknya mengenai anak muda yg karena kecelakaan atau penyakit saat berusia 8 atau 9 tahun, meninggal di rumah sakit dan hidup kembali. Ketika ia menuturkan kisahnya saat meninggal, ia mengatakan bahwa ia mengambang di sekitar tubuhnya, lalu melayang ke desanya dan tiba di sebuah gudang.

Di gudang ini ada malaikat maut, yang baru memeriksa semua orang yang baru meninggal. Semua orang mati pergi ke gudang ini. “Siapa namamu?” Tanya sang malaikat kepada anak itu,”Kamu seharusnya tidak ke sini. Kamu tidak sepatutnya mati, tapi sebelum kami mengirimmu kembali, kamu bisa tinggal di sini dan melihat apa yg terjadi”.

Orang berikutnya yg datang adalah petani Jerman yg baru saja meninggal. Menurut penuturan anak ini, ia mengatakan bahwa ketika malaikat maut menanyakan nama petani itu dan melihat ke buku catatannya, ia berkata,”Namamu terdaftar di sini. Apa kamu pernah membunuh siapa pun? Membunuh apa pun? Petani itu menjawab,”Mungkin satu atau dua hewan kecil.”Lalu malaikat itu berpaling ke bocah itu dan berkata,”Kamu lihat, bahkan saat mati pun, ia masih berbohong.” Rupanya petani ini telah membunuh begitu banyak domba dan sapi, namun ia mengatakan hanya satu atau dua.

Lalu, ketika mereka sedang bicara seperti ini, ada orang lain yg masuk melewati gudang itu dan langsung naik ke langit. Bocah itu bertanya,”Mengapa Anda tidak menanyai dia apa yang dia lakukan? Malaikat itu berpaling, dan mengucapkan bagian paling indah dalam kisah ini:”Lihat pria yang pergi ke surga itu. Dia tidak pernah menghakimi siapapun sepanjang hidupnya, karena itu kami tidak akan menghakiminya.”

Saya selalu menyukai kisah ini. Itulah bagaimana bocah itu menuturkan kisah itu ketika terbangun. Inilah bagaimana ia menjelaskan pengalamannya. Seseorang mencapai kebahagiaan; kami tidak akan menghakiminya karena dia tidak pernah menghakimi siapa pun. Anda menghakimi diri Anda sendiri pada saat kematian, orang yg membaca buku itu adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain. Anda tidak bisa berbohong kepada diri Anda sendiri. Anda bisa mencobanya, namun Anda tidak akan bisa. Jadi, janganlah menghakimi, melainkan : pintu hatiku terbuka untukmu…, pintu hatiku terbuka untukku….

SUMBER : SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA BY AJAHN BRAHM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar