Jumat, 14 Oktober 2011

Salah satu Nilai Kehidupan : Membangun Kesetiaan

Bagi cowok, menggapai cinta dari cewek yang didambanya adalah harga mati. 
Gunung kan didaki, laut kan disebrangi. Resiko gak kuat atau tenggelam di 
tengah jalan itu dipikir belakangan. Yang penting semangat juang meraih cinta 
tidak terukur oleh apapun saking tingginya.
Bagi cewek, mendapatkan cowok yang ngayomi, dewasa, sabar, menyenangkan, dan 
mampu menyejahterakan hidupnya secara lahir-batin; adalah ukuran yang sering 
diidamkan. Bahkan ada yang sederhana mengukur kriteria ini dengan "yang penting 
materinya melimpah".

Jika cita-CINTA itu terwujudkan, maka ada yang mengukur gerbang pernikahan 
adalah puncak kenikmatan dunia. Makanya malam pertama dianggap sangat sakral. 
Tapi tidak sedikit juga yang gak sabar untuk milih 'curi start' :p. Jadinya 
malem pertama yang dijalani sebatas formalitas status, bukan kejutan sensasi he 
he.

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Perjalanan pasangan yang saling 
mendambakan ini terus menghitung waktu menjalani kehidupan ini.
Ternyata, jalan kehidupan tidak selalu di puncak kemesraan, walau publik sering 
melihat pasangan ini terkesan fine-fine ajah. Jalan kehidupan demikian berliku, 
berkelok, berlubang, naik turun, dan kadang membuat kita sering terjatuh dan 
terjatuh lagi. Hingga, kesetiaan yang menjadi slogan terucap saat pertama kali 
berpegangan tangan bersumpah setia, menjadi sebuah kata kosong hilang rasa. 

Ternyata godaan datang silih berganti. Namanya godaan, tentu terukur "lebih 
baik" secara logika, dibanding pasangannya kini. Bagi cowok, biasanya "baik" 
dimaknai ukuran "fisik". Bagi cewek, biasanya dimaknai "kemapanan". Fisik tidak 
lagi se-semlohai dan se-maknyuss dulu. Kemapanan kadang hanya tinggal janji. 
Betapa, terbukti sangat mudah mendapatkan pesaing yang jauh lebih baik dari 
pasangan kita. Masalahnya tinggal 2 hal, (1) apakah penggoda itu mau dengan 
kita, dan (2) apakah kita itu mau dengan penggoda itu.

Sang penggoda akan datang makin banyak jika kita mempunyai kelebihan harta atau 
kedudukan/jabatan atau status kebangsawanan atau profesi tertentu yang mampu 
memukau massa. Ngapain sih menggoda, kalo gak dapat hasil apa-apa. Begitu juga 
kita akan mudah tergoda makala merasa LEBIH cantik/ganteng, kaya, berpangkat, 
dan status superior lainnya. 
Alasan kita membuka diri untuk penggoda pun bermacam-macam dalih. Ada karena 
tidak dipuaskan lagi dengan pasangan, ada yang terpaksa, dll. Tapi yang jelas 
banyak diantara kita yang aslinya bosan dengan pasangan. Manusia memang di-cap 
dari orok punya sifat mudah bosan dan sulit berterima kasih, kecuali 
orang-orang yang terpilih.

Bagaimana membangun kesetiaan? ada yang beralasan karena punya rasa cinta mati, 
yang tak lapuk oleh kerut-kerut ke-tua-an. Ada yang setia dengan alasan 
menghormati pengorbanan pasangan. Ingat sejarah betapa dulu merangkak, jatuh, 
senyum dan menangis bersama (kompak bener dah, red). Ada juga yang karena gak 
ada lagi yang mau dengan kita he he.

Mengukur kesetiaan tidak hanya sekedar dari fisik, materi, sex, pangkat dan 
kekuasaan. Kesetiaan butuh rasa pengertian dari pasangan. Pasangan berarti 2 
pihak yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Menentukan pasangan tentu 
berdasar kriteria kecocokan yang paling banyak, atau perbedaan paling kecil. 
Sejak awal membina, kita harus paham bahwa dibalik kelebihan yang menggoda, 
tentu tersembunyi kekurangan di banyak sudut.

Alangkah gegabahnya jika kita menuntut ke-abadi-an di dunia yang fana ini. Fana 
artinya tidak ada yang abadi. Keabadian adalah milik-NYA. Sebagai hamba, 
perlukah kita menuntut kekuasaan setinggi DIA. Pasangan adalah bagian 
ke-fana-an dunia ini. Namun pasangan dapat diajak menggapai kebahagiaan yang 
abadi di kehidupan berikutnya. Yaitu pasangan yang saling mengingatkan dan 
mendoakan untuk kebaikan semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar